Anwar, umur 10th, sedang asik mengotak atik komputernya, papanya sedang sibuk membanting tulang mencari uang-semoga uang halal, mamanya sedang asik mengikuti kegiatan sosial bersama dengan teman-temannya-sedang anak sendiri ditelantarkan, miris. ketika melihat dari jendela kamarnya Anwar terlihat asik dengan komputernya, mari kita berpikir positif bahwa dia sedang mengerjakan tugas membuat karya tulis beratus halaman, walaupun ketika kita zoom yang ada tampak di layar kacanya adalah seorang pria dan wanita sedang main kuda-kudaan tak beralaskan sehelai pakaian, ketika ditanya, dapat darimana? beli bersama temannya di pasar
Bintang, umur 13th, sedang masa puber, pulang dari rumah ketika ibunya sedang menjual nasi dan gorengan di depan rumah, berganti baju dan bergegas untuk pergi lagi, ketika ditanya hendak kemana, dia hanya berujar ingin mengerjakan tugas dengan temannya di rumah teman. sambil tersenyum senang si ibu menghampiri dan memberi bekal dan berujar "yang rajin ya nak". tanpa diketahui ada sesosok pria berumur 30tahunan bermodalkan motor gede dengan tampang paspasan menunggui Bintang dengan sedikit mengorek jerawat.
Tommy, umur 12th, sedang asik dengan ponselnya sambil tertawa-tawa tersenyum, disampingnya ada bapaknya yang sedang mencuci mobil dan motor, ibunya sedang memasak. ketika di zoom, yang tertera di layar kacanya adalah Messenger berbasis Chatting dari seorang perempuan berjenjang lima di atas umurnya yang baru dikenalnya lima hari yang lalu melalui jejaring sosial, di layar hapenya terlihat pesan "I Miss You :* Hope u can be there tomorrow, My Future Husband"
Lia dan Genknya, berumur 15tahun, berjalan berlenggok di koridor sekolah seakan sekolah milik mereka, gaya mereka semua sama, rambut panjang, muka putih leher hitam, rok setengah paha, kaos kaki tinggi sepakbola, sepatu berhak, bb di kalung, ketika tersenyum terlihat pagar di gigi. menuju kantin, memesan makanan-bakwan satu, minuman dingin aneka rasa, duduk di tempat yang sama-strategis terlihat kaka kelas, membicarakan hal yang tidak pantas dibicarakan, tertawa keras centil, seolah sekolah milik mereka. ya bagi mereka sekolah ini milik mereka.
Anwar, Bintang, Tommy, Lia itu mungkin sudah banyak terlihat di kehidupan nyata kita, entah apa yang membuat di umur mereka sekarang mereka seperti itu.
Bahkan mereka tidak mengenal siapa pahlawan yang ada di mata uang indonesia-rupiah nominal 10000, tidak bisa menghapal isi dari dasar negara, tidak lagi menyanyikan lagu "ambilkan bulan" dan bermain karet bahkan petak umpet.
Tidak menyalahkan zaman, tidak, yang salah ada manusia yang tidak bisa memaknai perubahan zaman, melestarikan adat budaya yang ada di Indonesia. Sudah cukup membodohi dan meracuni kaum yang akan menerusi perjuangan kalian.
Bayangkan akan jadi apa mereka di kemudian hari?
Andaikan mereka boleh memilih hidup di zaman apa..